Laman

Jumat, 16 Maret 2012

Fear’s Metamorphosis

"Fear is feeling caused by the possibility of danger, pain, etc."

Cara menghadapi takut? Gimana, sih?

Tipsnya buat kamu ... coba baca dan resapi, ya?
  • First: Takut itu normal, bukan aib. Allah mengilhamkan perasaan ini pada diri setiap manusia. So, there is nothing wrong to have a feeling called “takut”.
    Tapi, status netral yang mengatakan bahwa tidak ada hal yang harus ditakuti ini suatu saat dapat berubah, tergantung dengan sikap yang kamu ambil terkait dengan rasa takut tersebut.
  • Second: Analisa, deh, takut akan mengontrol kamu jika kamu tidak dapat mengendalikan dan memberanikan diri kamu sendiri. Jika kamu mendapati atau merasa diri kamu “melakukan tumpukan kesalahan” dan “meninggalkan kebaikan” karena keputusan hidup yang kamu ambil didasarkan faktor ketakutan tadi, pada akhirnya kamu akan terus-menerus dikontrol oleh rasa takut itu sendiri. Oleh karena itu saatnya kamu berkata: lawan!
  • Third: Ingat, kata “lawan” bukan berarti kamu harus mematikan rasa takut, hal itu tidak perlu dilakukan. Mengapa? Karena kalau rasa takut itu kamu bunuh atau secara sengaja kamu mati-matian berusaha menghilangkannya, bukan berarti perasaan itu nggak akan muncul lagi. Nggak bermutasi. Nggak berubah. Yang seharusnya kamu lakukan untuk mengatasinya adalah mengubahnya menjadi kekuatan. Menjadikannya motivasi yang baik.
  • Fourth: Tahu nggak akibatnya kalau kamu punya takut yang berlebihan? Yep, takut kamu itu akan membunuh diri kamu sendiri. Misalnya, kamu takut ketinggian. Kamu nggak akan sembuh dari phobia itu jika kamu nggak memaksa diri naik ke tempat yang tinggi. Robert Frost berkata, “lalui, kamu lewati.” Lakukan, dan renungkan ... pantas nggak hidup kamu yang berharga dikontrol rasa takut tersebut?
  • Fifth: Hal terbaik yang terjadi saat kita melawan rasa takut adalah menemukan arti keberanian itu. Yang namanya berani itu nggak berarti 0% takut. Berani itu diartikan: seni mengakali takut. Jika kita “hidup” dalam setiap detiknya untuk memanfaatkan seuatu dan melakukan hal-hal yang positif demi menghadapi rasa takut maka setiap jengkal hidup yang kita lewati akan menjadi “berwarna”.
  • Sixth: Kata mutiaranya Albert Camus. Doi bilang, (tenang, di-translate bahasa kita, kok!) “Tantangan yang tidak membuat saya mati, berarti membuat saya kuat.” Sobat sekalian mengerti, ’kan? Simple, dalem. Ya, kita punya tekad untuk menghadapi takut. Percaya, deh, ketika “perjuangan” dalam menghadapi rasa takut telah usai, kamu akan bangga sama diri kamu sendiri.
  • Last but not least: Allah. Nasihat klise, kamu nggak akan memperoleh hasil yang maksimal sampai kamu mencobanya dengan berusaha dan mendekatkan diri dengan Allah. Kenyataannya, kita dekat dengan hal yang paling ditakutkan, nah, apalagi, sih, yang kita perlu ditakutin? Think the most, and you’ll ignore the less. Terkadang yang “paling” kamu ambil pusing adalah yang “nggak paling”. Yuk, kita ubah kalimat, “Ya Allah ... aku punya ketakutan yang besar ....” menjadi kalimat, “Hei, ketakutan, lihatlah! Aku punya Allah Yang Maha Besar!”

Nah, semangat, ya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar