"Wan'an." |
Mbak Bidadari Kosan © 2016
Story by Maria Himemura
Hai, aku datang dengan cerita yang agak sedikit horor lagi. Sebenarnya aku tidak suka dengan cerita yang berbau mistik dan horor. Hanya saja ada beberapa kejadian yang menurutku dan mungkin beberapa orang yang pernah mendengar ceritaku ini menarik juga karena ada beberapa permintaan dari teman untuk menuangkan ceritaku di blog ini jadi aku iseng untuk kembali menuliskannya di blog.
Oke kita mulai saja ya ceritanya, mudah-mudahan yang membaca tidak jadi parno sendiri. Siap-siap bantal, guling, dan selimut jika ingin melindungi diri dari dinginnya angin malam saat membaca cerita ini ya. Kalau perlu siapkan jari kalian di tombol back jika sewaktu-waktu kalian merasa takut.
Siapa di antara kalian yang merupakan anak kuliahan? Anak kuliahan pasti tidak akan asing lagi dengan yang namanya kosan ya?
Kosan merupakan rumah kedua bagi sebagian besar mahasiswa terutama mahasiswa perantauan yang menuntut ilmu di perguruan tinggi yang jauh dari rumah.
Kosan yang nyaman, aman, asri, jauh dari kebisingan kendaraan sudah pasti menjadi incaran dan idaman bagi mahasiswa. Apalagi jika teman satu kosannya baik dan ibu kosnya tidak cerewet, sudah dipastikan akan membuat para mahasisawa betah berlama-lama tinggal di kamar kosan sampai-sampai malas untuk pulang ke rumah.
Beda cerita kalau kosannya tidak aman, selalu didatangi oleh mas maling, atau kotor, sehingga membuat teman-teman yang main ke kosan pada nyinyir dan tidak betah. Parahnya kalau punya teman satu kosan yang kata orang suka mengambil hak milik orang lain. Ditambah ibu kos yang cerewet karena suka minta jatah bayar kosan padahal belum jatuh tempo. Duh, rasanya sudah mau pindah kosan saja kalau begitu.
Banyak hal yang membuat sebagian besar mahasiswa tidak betah di kosan dan buru-buru hengkang dari kosan lama untuk kemudian mencari kosan baru yang lebih manusiawi. Hal ini banyak terjadi pada teman-temanku yang sudah merasakan pahit asamnya tinggal di kosan.
Lalu aku sendiri bagaimana? Kalau aku, sejak awal masuk kuliah tidak diizinkan untuk tinggal di kos karena alasan jarak yang masih dapat dijangkau untuk pulang pergi ke kampus. Namun semenjak PPL tiba dengan berbagai alasan logis yang kuberikan kepada orang tuaku, akhirnya aku diizinkan untuk tinggal di kos.
Waktu itu yang mencari kosannya adalah teman sekelasku. Kami sepakat untuk tinggal di satu kos yang sama. Melihat kosan yang ia temukan di salah satu gang yang tidak jauh dari kampus, kami bertujuh merasa senang. Bagaimana tidak senang, kosannya bagus, rapih, bersih, dan unik. Unik karena kosan itu merupakan rumah besar yang kemudian dibagi menjadi sepuluh kamar dengan tiga kamar mandi di luar kamar dan terpisah, dapur di belakang, teras dalam dan luar serta halaman kosan yang cukup luas. Beruntung sekali kami langsung mendapat kosan yang bagus di pengalaman pertama kami tinggal di kosan.
Hanya satu kekurangannya yaitu akses jalan menuju kosan harus melewati kuburan! Ada sih beberapa jalan yang tidak melewati kuburan, hanya saja itu jauh dan merepotkan. Lagipula ini kuburan china, tidak semenyeramkan kuburan pribumi, jadi apa yang harus ditakutkan. Iya, 'kan?
Awal-awal di kosan kami mendapatkan sedikit permasalahan karena penjaga kosannya yang kurang jujur, namun untungnya ibu kosannya datang dan memberi jalan keluar yang akhirnya bisa disepakati bersama.
Sudah kosan nyaman, ibu kosnya baik pula. Sayangnya ibu kos rumahnya jauh dari kosan ini ditambah jam terbangnya yang tinggi yang mengharuskan ia untuk sering berada di luar kota jadi ia hanya bisa datang pada saat weekend saja. Itu pun kalau ia sudah berada di Jakarta. Kalau belum, terkadang bisa sampai sebulan lebih ibu kos tidak datang.
Enam bulan pertama kami merasa baik-baik saja di kosan. Kosan tidak pernah sepi. Kadang beberapa di antara kami suka khilaf cekikikan sampai malam yang mengakibatkan teguran dari beberapa tetangga sekitar kosan berdatangan.
Akhir semester ganjil pada bulan ketujuh di kosan, beberapa di antara temanku memutuskan untuk tidak ngekos lagi karena kami sudah selesai PPL dan hanya tinggal melanjutkan penelitian tugas akhir saja.
Sementara aku tetap tinggal di kosan karena menyangkut penelitianku yang tidak bisa ditinggal terlalu lama di kampus. Harus dipantau setiap harinya pada jam yang sudah ditetapkan.
Dari sepuluh kamar yang ada, hanya empat kamar yang terisi, dan hanya ada tujuh orang yang tinggal. Aku tinggal di kamar nomor lima. Sendiri. Tiga orang lainnya di kamar nomor empat, dua orang di kamar nomor tiga, dan seorang lagi di kamar nomor dua.
Semenjak teman-temanku sudah tidak di kosan lagi, kosan jadi terasa sepi. Yang biasanya setiap malam ramai karena suara mereka, sekarang hanya ada suara tertawa di kamar masing-masing. Ada untungnya sebenarnya, kami jadi tidak lagi mendapat teguran yang tidak enak dari tetangga sekitar kosan.
Memasuki semester genap keadaan kosan mulai berubah. Entah sejak kapan jadi dipenuhi oleh cerita horor dari salah satu penghuni kosan yang katanya bisa melihat makhluk halus.
Aku sendiri tidak percaya dengan hal-hal ghaib semacam itu walaupun bisa dikatakan sudah sering melihat namun aku tetap menampiknya dan lebih percaya dengan Tuhan.
Awalnya aku merasa biasa saja dengan cerita karangan orang itu. Karangan? Ya, karangan, karena terlihat jelas sekali ia berbohong jika ia melihat si halus.
Berbagai cerita ia katakan padaku dengan antusiasnya, namun aku hanya berpura-pura bodoh percaya dengan ceritanya itu.
Tapi tidak lama kemudian aku dikejutkan oleh berbagai hal yang terjadi kosan. Aku sering sekali mencium bau bunga melati atau kenanga di depan kamar bawah. Kebetulan kamarku ada di atas. Dari sepuluh kamar, lima kamar berada di atas sementara empat lainnya ada di bawah. Untuk sampai ke kamar bawah ada sekitar lima anak tangga yang harus dituruni. Dan untuk kamar nomor sepuluh, kamar yang paling terakhir terletak di lantai dua kosan ini.
Setiap kali bau bunga itu muncul pada waktu tertentu, aku merasa biasa saja karena baunya hanya sampai di kamar bawah. Tetapi tidak disangka lama-kelamaan baunya semakin menyengat dan masuk ke kamarku saat aku sedang sendirian di kosan. Hal itu menyebabkanku sedikit ketakutan dan membatalkan kegiatan belajarku. Aku pun naik ke atas kasur dan memilih untuk tidur.
Berharap tidak terulang lagi namun ternyata apa yang kuharapkan tidak menjadi kenyataan.
Malam itu aku sendiri lagi setelah sorenya aku ditemani oleh dua orang teman yang mampir ke kosan. Sebelum mereka berdua pulang kami bergurau mengenai makhluk halus itu. Tak disangka ternyata kejadian yang lebih mencengangkan terjadi.
Aku tidur dengan tanpa beban. Sendiri di kamar, di dalam kosan yang besar. Kebetulan semua orang belum datang ke kosan. Aku terbiasa mematikan lampu di semua ruangan termasuk lampu kamar.
Ketika melewati jam tengah malam, tiba-tiba aku terbangun. Aku membuka mataku dan langsung disuguhkan sesuatu yang mengejutkan.
Aku melihat seorang wanita berkulit pucat dan bermuka datar sedang duduk dengan posisi yang sama seperti yang ada pada gambar di atas. Ia duduk tepat di hadapanku dan sedang melihatku. Matanya sipit dan rambutnya dikuncir satu. Jika diperhatikan, wanita itu masih tergolong muda, seumuran dengan anak kuliahan.
Aku berusaha untuk bersikap tenang dan kembali memejamkan mataku. Tidak sadar aku justru tertidur.
Paginya aku bangun. Aku segera duduk di atas kasur dan melihat kamarku yang tidak ada orang lain lagi selain aku seorang.
Mencoba mengingat apa yang terjadi semalam membuatku bergidik. Aku berusaha untuk melupakan kejadian semalam dan langsung membuka pintu kamar yang kukunci dan segera ke teras dalam untuk kemudian membuka dua daun pintu kosan bergaya adat Jawa itu. Setelah itu aku segera mandi dan menuju ke kampus.
Beberapa hari setelahnya, seorang adik kelas yang tinggal di kamar nomor dua bercerita padaku bahwa pada saat pertama kali ia pindah ke kosan ini, ia dimimpikan sesuatu.
Katanya dalam mimpi itu ada yang memberi tahunya, bahwa kosan kami ada penghuni lain, masih muda, dan seperti orang china. Karena terkejut dengan apa yang dia ceritakan bahwa penghuni lain itu memiliki ciri-ciri yang sama dengan seorang wanita yang pernah aku lihat, aku pun menceritakan apa yang terjadi padaku waktu malam aku sendiri. Kami berdua akhirnya sama-sama terkejut mengetahui hal itu.
Walaupun kami sudah tahu mengenai ketidaknyamanan yang ada di kosan ini, aku tetap memutuskan untuk tinggal di kosan sampai aku lulus kuliah. Begitu pula dengan yang lainnya. Aku pulang ke rumah saat wisudaku sudah selesai. Sebenarnya baru satu bulan setelah wisuda aku baru benar-benar hengkang dari kosan.
Hanya karena hal halus tersebut tidak membuat kami merasa harus pindah kosan. Hal halus begitu akan pergi sendiri jika iman kita kuat. Yang penting percaya saja dengan Tuhan YME.
Pada awalnya kami mengetahui hal tersebut, aku memang merasa kosan seperti biasa saja. Namun entah kenapa saat aku akan mulai meninggalkan kosan, kosan terasa lebih mencekam daripada yang sebelumnya.
Mudah-mudahan yang saat ini masih ada di kosan tetap betah dan tidak meninggalkan kosan. Karena terlepas dari hal halus yang ada di kosan, kosan itu merupakan kosan ternyaman yang pernah ada dibandingkan kosan yang lain jika dibandingkan dengan cerita teman-temanku mengenai mantan kosan mereka.
Aku rasa cukup sampai di sini saja. Aku sudah mulai tidak nyaman mengetik cerita ini di tengah malam dan sendirian. Sejak tadi aku menahan diriku untuk tetap mengetik walaupun bulu roma sudah berdiri karena bergidik ngeri.
Oh ya, untuk gambar di atas itu aku buat dengan beberapa perubahan agar tidak terlalu terlihat menakutkan dengan aslinya seperti yang sudah kulihat.
Satu lagi, karena kami anak kosan tidak tahu harus menyebut apa ke makhluk itu, jadilah kami menyebutnya Mbak Bidadari Kosan. Entah temanku sedang memikirkan apa saat menyeletukkan nama itu yang jelas sampai sekarang jika ada apa-apa di kosan nama itu selalu muncul dalam cerita kami.
Okay, bye-bye~ see you in the next story, guys~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar